SURRENDER

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku bersumpah tidak akan membiarkanmu melupakanku

Aku akan membuatmu melihatku betapa menderitanya aku mencintaimu

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rate                       : Ga tau

Genre                   : thriller / Romantic (atau apa yah) O.o

Warning              : bloody content pokoknamah xP

Sebelumnya perkenalkan saya newbi dalam hal menulis… jadi harap dimaklum kalu tulisan saya alurnya geje  >,<

Mohon kritik dan saran yang membangun ^^

Silakan dinikmati alias dibaca ^^

Sedikit petunjuk dan arahan sebelum memulai membaca fic ini, siapkan tisu (siapa tau terharu atau keringetan) hehe..

Selamat membaca~

*huruf yang dicetak miring adalah bentuk kejadian masa lampau

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku hitam, kamu putih..

Kamu dan hatimu adalah putih.. dan aku adalah sebaliknya. Entahlah.. apakah aku pantas mencintaimu atau tidak, tidak banyak yang bisa kulakukan untuk membuktikan bahwa aku tidak baik-baik saja ketika aku kehilangan kamu yang dulu. Dulu yang adalah waktu milik kita, meskipun kita begitu berbeda tapi kamu selalu mencari persamaan agar kita tetap bersama. Semuanya sudah berubah.. kamu tidak beda dengan orang-orang di luar sana yang menginginkan kesempurnaan, kamu juga manusia biasa yang bisa dengan tanpa sadar mengucapkan perjanjian tanpa mampu menepatinya.

 “Putih..aku tidak jahat kan..” ucapku pelan di depan wajahmu yang layu dan aku tahu kamu menahan amarahmu, aku tahu kau ingin sekedar menamparku, tapi kau tidak bisa. “Putih” adalah panggilan sayangku terhadap pria yang ada dihadapanku ini, sebaliknya.. dia memanggilku “Hitam”. Sebenarnya nama-nama panggilan ini muncul  darinya karena aku suka warna hitam dan dia suka warna putih.

Aku selalu berusaha ceria di depanmu akhir-akhir ini.. aku tidak mau kamu melihatku sedih lagi.. aku… mhh.. kamu tau sendiri putih.. aku sudah bilang ratusan kali.. aku cinta kamu. aku selalu menunjukkan keceriaanku.. aku bicara dengan nada ceria, mata ceria, gerakan ceria dan aku selalu lari-lari kecil ketika menghampirimu, aku juga memberimu makanan kesukaanmu, tapi kenapa kamu tidak mau makan itu.. aku hampir putus asa ketika melihatmu lemah..

Kau selalu diam, mengapa?

Walaupun kau marah padaku, aku akan berusaha tetap tersenyum padamu..

Putih.. kamu ingat waktu pertama kita bertemu?

Aku selalu memakai pakaian hitam. Dengan baju dan sepatu hitamku.. aku melihatmu memperhatikanku di festifal kembang  api. Kau akhirnya berdiri disampingku, aku memang sendirian.. mungkin kamu melihatku sedikit aneh dengan sikapku yang mengucilkan diri dari orang lain.

“halo.. boleh aku disini?” waktu itu kau menyapaku dan tersenyum basa basi mungkin

“oke” jawabku tersenyum datar

Kembang api berlangsung sangat lama, aku berdiri bersandar pada pagar taman tanpa menyadari kau semakin berada didekatku “bagus ya” ucapmu

“jaketmu tebal” jawabku, aku menduga-duga betapa hangatnya jaket yang kau gunakan malam itu, sementara aku hanya memakai t shirt saja

“iya” kau hanya menjawab iya sambil tersenyum

Aku merogoh tas kecilku dan kusodorkan sebuah coklat padamu “terimalah” ucapku dengan tiba-tiba

Bisa kulihat raut bingungmu.. dalam hati aku berfikir mengapa tak kau terima saja, aku tidak akan meracun orang yang baru kutemui

“ah.. te.. terimakasih, tapi aku sudah kenyang” sergahmu ragu-ragu

“aku ingin pinjam jaketmu boleh?” tanyaku kemudian tanpa basa basi

Aku lihat matamu canggung dan merasa bersalah karena telah membiarkan gadis disebelahmu kedinginan dari tadi “ah iya, boleh koq” kau langsung melepas jaketmu dan memberikannya padaku. Aku lihat sikapmu sangat canggung

“kau baik sekali, siapa namamu?” tanyaku kemudian setelah memakai jaketmu

Ah tenggorokanku sakit sekali ketika aku mengingat hal itu.. seperti tercekat duri

“Moses” jawabmu sambil tersenyum, aku suka matamu ketika kau tersenyum

“oh.. hai Moses, namaku Erica” kuberikan coklat itu padamu

“ah makasih Erica, padahal tidak usah repot-repot” sambutmu sembari menerima coklatku

“tidak apa-apa” jawabku datar sambil menyilangkan tangan di badan  karena menahan dingin, meski aku sudah memakai jaketmu, masih saja merasa dingin.. dan kemudian pandanganku lurus terus menatap ledakan-ledakan indah di langit, langit menjadi berasap tapi aku tetap memandanginya..

Aku ingat.. waktu itu kamu heran padaku, kau merangkul bahuku dengan canggung

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                “Moses..kamu sudah lapar?” tanyaku ketika aku melihatmu lemah.. kamu tetap diam.. 

Aku menghampirimu dan mengecup keningmu lama sekali.. aku tak peduli walaupun kamu tetap diam padaku..

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“sayang bangun” kecupan lembut mendarat di keningku

“mhhh” aku hanya menggeliat malas dan malah dengan sengaja bersembunyi dibalik selimut tebalmu

Kau menyurukkan kepalamu kedalam selimut dan mencariku disana..

Usiaku 24tahun dan kau masih 19 tahun.. awalnya kau mengira aku juga masih sekitar 18 tahun atau paling tidak 20 tahun. Tapi setelah aku katakana usiaku yang sebenarnyapun.. kau tidaklah masalah dengan usiaku..

2 hari setelah festival kembang api..

 “aku jatuh cinta padamu, aku tidak peduli dengan usia” timpalmu sedikit dengan nada menggebu-gebu

Aku hanya tersenyum.. “apa kamu sungguh-sungguh mencintaiku” sebenarnya persetan dengan pertanyaanku itu, aku tahu kamu hanya tertarik padaku, bukan mencintaiku.. tapi aku hanya ingin membuatmu merasa dihargai ketika aku menanyakan kesungguhan ketika menyatakan perasaan padaku

“aku sungguh-sungguh.. aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu” makin persetan dengan ucapanmu.. aku hanya merasa dadaku tergelitik geli, mana mungkin seseorang yang baru bertemu orang tertentu dalam jangka waktu 2 hari bisa langsung cinta apalagi sayang.. tapi aku ingin bermain-main..atau mungkin tepatnya aku sedang merasa bosan dengan hidupku yang kaku, aku berfikir..mungkin aku bisa menjadi pura-pura bodoh.

Aku lihat tatapan matamu sangat polos dan kaku, aku menduga bahwa dalam usiamu itu kamu belum mengalami kesulitan yang terlalu berarti dalam hidup.. aku mencoba menenggelamkan diri dalam permainan bodohku sendiri

Aku mendekatkan wajahku ke wajahmu..

Kamu semakin gugup tapi aku tahu kau tidak mau terlihat konyol hingga kau berani melahap bibirku..

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku siapkan makanan kesukaanmu tadi pagi, hingga jam 3 sore ini kamu belum mau mencicipi makanan itu, aku hanya mondar mandir di ruangan itu berusaha membuatmu tertawa, atau setidaknya kau tidak memasang wajah tanpa ekspresi seperti itu, tapi entah berapa banyak aku bercerita tentang hal lucu, kau tetap diam dan tak mau memandangku

“Moses.. putih.. aku sakit hati, sampai kapan kamu mau diam.. sampai kapan kau tidak mau makan? Putih.. ayo makan.. kalo kamu ga makan maka kamu akan mati” ucapku memelas di depanmu, bahkan aku bersimpuh dilututmu.. sesekali aku menyandarkan kepalaku ke kakimu, kamu tetap diam di kursimu tanpa memandangku..

“kamu tahu.. aku sedih sekali kenapa aku bisa sedih ya putih?” aku semakin bersandar dipangkuanmu.. tapi aku tak sanggup lagi mengeluarkan air mata. Kemudian aku mengdongakkan wajahku ke arahmu, bibirmu kering dan matamu merah.. entah karena kamu kurang tidur atau kamu menahan marah padaku. Aku berdiri dan mengambil minuman untukmu, kuberikan gelas itu dan kau tetap bisu.. kebencian dan marahmu sudah terlalu besar padaku. Kemudian aku menyiramkan air itu ke kepalamu.. baru kulihat matamu memandang ke arahku, walaupun pandangan itu terlihat sangat tidak ramah.. aku bahagia setidaknya kamu menghiraukanku.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

5 bulan lalu kau menyatakan pernyataan ingin jadi kekasihku, kau bilang sangat mencintaiku… dan akan lakukan apapun untuk membuatku bahagia..

Sekarang? Jangan paksa aku menceritakan kenapa semua itu bisa berubah 180 derajat..

Beberapa alasan kujadikan agar kau tidak terlalu mencintaiku, aku mulai marah dan sering membuatmu kesal.. aku selalu berusaha membuatmu setidaknya benci padaku

Hingga akhirnya aku sendiri yang kena batunya ketika kau benar-benar memutuskan untuk berhenti mencintaiku..

 “sayang.. lebih baik kita tidak usah ada apa-apa lagi, mulai sekarang aku akan menganggapku sebagai kaka saja, tidak lebih” memang kulihat sesal dimatamu ketika mengucapkan itu..

Reaksiku yang berlebihan ketika kau meninggalkanku semakin membuatmu membenciku.. aku depresi dan selalu membuatmu kesal. Aku mengalami tekanan yang hebat, dan aku tidak sanggup menganggap semua kejadian yang kita alami adalah biasa saja.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2 hari aku tidak mengkonsumsi makanan apapun.. bukan aku ingin menyiksa diriku, aku hanya ingin membuatmu merasa bersalah karena kau membuatku ikut berpartisipasi melaparkan diri seperti kamu.

“aku lemas sayang.. maukah kamu makan? Agar aku juga bisa makan..” aku lihat matamu sudah tak bisa marah lagi padaku, yang kulihat hanya ekspresi pasrah itu yang kulihat sekarang..

“putih sayang.. apa kau sudah siap?” aku seperti biasa, ketika merasa lelah selalu bersandar di pangkuanmu, meskipun sudah 4 hari kau tidak bicara padaku.. rasanya aku mulai depresi.. ah tidak juga, aku depresi semenjak satu bulan lalu ketika kau bilang tidak mau menganggapku kekasihmu lagi. Aku mendongak ke atas dan tersenyum melihat tali yang menggantung di langit-langit yang kugantungkan tepat dihadapanmu. Tali bersimpul itu tak pernah kuceritakan untuk apa, kubiarkan saja menjuntai dihadapanmu yang duduk dikursi yang kuikatkan padamu sejak satu minggu yang lalu.

Ada yang bingung?

Ah iya biar kuceritakan kejadiannya:

Aku menyandra Moses di apartemenku.. aku mengikatnya di kursi sejak 2 minggu yang lalu

Waktu itu aku mengajak Moses makan malam..

“Moses.. maukah kamu memaafkanku?” ucapku ketika dia sedang menikmati malamnya, aku lihat dia sangat terpaksa menerima ajakanku, aku juga melihat dia sangat tidak mood berada disini bersamaku..

“untuk apa” jawabnya singkat dengan ekspresi sangat datar

“sayang.. putih.. aku merasa kehilangan kamu, aku tak bisa menerima perbedaan kamu, aku belum bisa menerima perubahan kamu” ucapku sambil menahan sesak didada hingga tak terasa ujung mataku terasa panas

“udahlah ga usah dibahas lagi..” kau menanggapi semua pengakuanku dengan sangat ketus.. tidak ada sama sekali kasih sayang yang seperti dulu

Jujur aku sangat… ah entahlah.. ini memang memalukan

Tak lama air mataku tak bisa ditahan lagi..

kulihat juga matamu mulai merah hingga akhirnya kau ambruk.. aku menaruh obat dalam makananmu

Ketika kau bangun kau merasa heran dan bingung karena kau berada ditempat asing dengan badan terikat di kursi..

Kau melihatku duduk santai didepanmu sambil menyaksikanmu yang terkulai lemas terikat tangan, kaki dan badan ke kursi.

“selamat pagi putih..” sapaku sambil tersenyum ketika aku menyadari kau membuka matamu

“apa-apaan ini?!”

Aku hanya tersenyum melihatmu berusaha memberontak..
aku berlari kecil menghampirimu dan memelukmu “ah sukurlah kau sudah bangun, aku cemas sekali” ucapku manja, aku lihat wajahmu menyimpan rasa kesal yang begitu dalam

“apa-apaan sih kamu!! lepasin” aku sontak melepaskan pelukanku sambil memperlihatkan kekecewaan walaupun hanya dibuat-buat

“sayang.. aku hanya ingin menghabiskan waktu beberapa saat sama kamu, seperti dulu, kalo kamu tidak ku ikat maka kamu akan lari lagi” jawabku sambil tersenyum polos

“gila kamu!! Untuk apa kamu lakukan ini?! Kamu bisa ditangkap polisi!!” ancammu sambil menggertakku

“kamu teriak bagaimanapun ga akan ada yang dengar lho sayang.. ini lantai 8 apartemenku dan kedap suara” lanjutku masih dengan seringai innocentku

Aku lihat amarahmu dari hari ke hari

Awalnya kau menerima tawaran makanan yang kuberikan.. aku membantumu dengan merayumu, menciummu setiap hari.. tapi semakin hari kau makin bosan karena aku tak kunjung juga melepaskanmu dari tawananku.. semakin sedikit kau bicara padaku

“apa yang kamu inginkan?” ucapmu beberapa hari yang lalu

“sudah kubilang aku ingin menghabiskan waktu bersama kamu putih” aku lebih sering menghabiskan waktu dengan menyandarkan diri dekatmu..

hampir seminggu berlalu.. aku memasang tali menjuntai dari atap dengan simpul bulat di bawahnya

“kau akan membunuhku?” reaksimu ketika aku selesai memasang tali itu

“tidak” jawabku

“kau menakutiku?” tanyamu lagi

“bukan..”

Jujur semakin hari aku semakin ga bisa berfikir dengan jernih..

“bunuh saja aku biar kau puas!!” ucapmu ketus

Aku membawa sebilah pisau.. aku memainkanya didepanmu.. aku melihat matamu muak melihatku.. “cih.. bunuh saja! Aku tidak takut mati! Perempuan gila!!” bentakmu

“putih..” ucapku lembut berbisik ditelingamu, sambil masih menggenggam pisau

“aku akan…” lanjutku masih berbisik sambil mengusap2 pisau itu ke dadamu

Matamu semakin muak.. “bunuhlah aku.. kalo itu yang akan membuatmu puas.. bunuh saja” ucapmu pelan

“sayang.. aku cinta kamu” aku langsung memelukmu erat

“kau bilang cinta padaku? Persetan! Untuk apa kau lakukan ini kalo kamu benar cinta padaku.. heh.. omong kosong!” makian lemahmu yang masih tersisa masih bisa kurasakan bahwa amarahmu masih sangat tinggi padaku

“putih.. aku sungguh-sungguh.. aku ingin kamu hidup dan melihatku.. kumohon jangan tinggalkan aku lagi” ucapku lirih sambil mengusap2 sisi pisau ke wajahmu

“lalu mau apa kau sebenarnya? Aku makin muak padamu” bentakmu

Kemudian sontak aku berdiri terpaku dihadapanmu, kugoreskan pisau itu dari ujung telapak kakiku hingga paha membentuk garis merah panjang, darah bercucuran

“apa-apaan kamu?! Gila! Apa maksudmu?” matamu terbelalak melihat aksiku yang tiba-tiba itu..

Perih sekali rasanya luka yang berhasil kutorehkan sendiri di kaki ku.. darah berlumuran di lantai.. aku tidak pedulikan sakit dan perih ini.. aku hanya melihat ekspresi kaget mu yang bercampur sedikit ketakutan

tak kuhiraukan kata-katamu, aku menyeringai dan kulanjutkan goresan di tangan dari punggung telapak tanganku ke atas membuat garis panjang juga.. semakin perih sekali rasanya tapi aku tersenyum ketika kau terbelalak

“BERHENTI!! APA YANG KAMU LAKUKAN?” bentakanmu semakin keras tapi aku tak peduli.. darah dimana-mana sehingga bajuku yangberwarna putih menjadi berlumuran darah..

“aku tidak bisa berhenti..” ucapku lirih sambil meringis.. kemudian terseok aku berjalan semakin menghampirimu yang tak berdaya karena terikat

tak cukup sampai disitu, aku mengangkat gaun tidur putihku dan menggores-gores perutku dengan pisau itu dan tepat dihadapan matamu..

“SAYANG TOLONG BERHENTI!!” teriakanmu dengan tenaga yang tersisa dan kulihat airmata meleleh dipelupuk matamu

Aku tersenyum sesaat..

akhirnya kulemparkan pisau berlumuran darah itu ke lantai kemudian aku menghampirimu dan menyandarkan kembali kepalaku dipangkuanmu tanpa kata-kata, aku hanya terdiam dipangkuanmu dan aku bisa mendengarmu terisak

“sayang.. biarkan aku menolongmu.. kamu terluka.. aku janji akan merawatmu..” isakmu terputus

Aku mendongakkan kepalaku ke arahmu, kulihat tubuhmu menjadi berlumuran darah dari tanganku

“aku tidak terluka” jawabku polos “tapi aku sakit..maukah kamumenolongku.. putih?” lanjutku lirih tapi dengan tersenyum

“apapun… kau boleh minta apapun padaku.. tapi tolong lepaskan aku, aku akan merawatmu” pintamu kemudian dengan mata yang sembab

“kau janji tidak akan lari?”tanyaku kemudian dengan mata memelas

“aku janji sayang.. aku janji” jawabmu lagi dengan nada yang lebih tegar

Aku memelukmu sejenak sehingga tubuhmu sempurna tertulari lumuran darah, kami sangat berlumuran darah dan tubuhku terasa sangat perih oleh luka-luka ini

“sayang.. sebelumnya  aku ingin mengatakan sesuatu.. aku mau minta maaf sudah melibatkanmu dalam hidupku” bisikku

Kau hanya diam mendengar ucapanku

“kamu bicara apa..” jawabmu lemah sambil menangis menahan emosional yang sangat berat

“aku tidak pantas berada disampingmu” ucapku lemah.. bukan hanya karena menahan sakit.. aku hampir kehabisan tenaga karena tidak mengkonsumsi apapun selama 2 hari

“aku yang harus minta maaf saying.. aku minta maaf dan tolong hentikan semua ini.. kumohon aku minta maaf” isakmu semakin menjadi..

Aku tersenyum sesaat melihat wajahmu.. entah itu Cuma gertakan atau bentuk penyesalan darimu..  aku tidak menghiraukanmu dan sesaat kemudian aku merangkak kea rah pisau yang tadi kulemparkan ke lantai.. otomatis lantai jadi semakin berlumuran darah dari tubuhku.. luka yang kugoreskan cukup dalam tapi tidak memotong urat-urat penting sehingga tidak akan membuatku mati dengan cepat..

Aku menghampiri pisau itu dan menggenggamnya kembali dengan tanganku yangh sudah penuh oleh darah ini..

“sayang.. lukai aku saja.. jangan lukai dirimu.. kumohon” pintamu lirih

Ah.. betapa lemahnya kamu ketika digertak seperti ini.. tapi aku bukan menggertak, aku sungguh-sungguh ingin memperlihatkan padamu bahwa aku sangat kesakitan ketika kehilanganmu.. dengan semua pengakuanku sebelumnya kamu tidak pernah menghiraukanku.. akhirnya aku putuskan untuk membuatmu melihatku bahwa aku sangat menderita

“aku kesakitan.. sayang.. aku tidak sanggup lagi..” ucapku selanjutnya sambil menggenggam pisau

“iya.. makanya kumohon berhenti.. aku mau peluk kamu..” bujukmu pelan

Aku menggoreskan pisau itu lagi ke lengan yang satu lagi.. dan sedikit beberapa kali tusukan kecil.. sakit sekali rasanya..

“Oh TUHAN!!.. HENTIKAN!!” teriakmu dengan usaha memberontak dari ikatanmu

Aku merangkak ke arahmu lagi.. aku bahkan duduk di atas pangkuanmu..

“Moses..” panggilku lirih

“iya sayang..” jawabmu pelan dengan pandangan sangat sayu..

Kugoreskan pisau itu ke pipiku perlahan-lahan tepat di depan wajahmu.. kamu bisa melihat dengan detail bagaimana aku melukai wajahku perlahan dari atas kening menyamping kebagian pipi kemudian berlanjut ke dagu dan leher..

Aku lihat kamu menangis..

“maafkan aku sayang.. aku tidak pernah mendengarkanmu.. kumohon maafkan aku” isakmu semakin tersedu-sedu..

“aku sudah memaafkanmu” ucapku lembut sambil tersenyum tipis seolah aku tidak merasa sakit

“terimakasih sudah memaafkanku.. kucing hitamku.. sayangku..” jawabmu dengan disertai isakan.. entahlah.. apa aksiku ini cukup membuatmu sedih?

“sayang.. ga usah menangis.. yang sakit itu aku..” ucapku sambil kurangkul lehermu

Kukecup bibirmu.. kulumat berulang-ulang hingga Lidahmu menjilat darah di wajahku

“I loveu” bisikku ke telingamu..

“I love u too” jawabmu

Aku memelukmu erat dan lama sekali.. hingga bisa kudengar isakmu semakin reda

“sayang.. apa kamu lapar?” tanyaku kemudian

“aku tidak tau” jawabmu pelan..

Aku bangkit dari pangkuanmu dan meletakkan pisau yangdari tadi kugenggam, aku berjalan dengan menyisakan jejak darah di mana-mana..
aku mengambil sekotak susu

Entah bagaimana perasaanmu saat ini.. sudah tidak ada amarah lagi di matamu.. tapi pandangan itu merupakan pandangan depresi.. aku bisa melihatnya

Sambil kembali duduk dipangkuanmu.. Aku meminumkan susu itu kepadamu.. dan aku tetap membiarkan diriku lebih lemah darimu

“kamu juga lemah Erica..” katamu

“aku akan meminumnya dari bibirmu” kukecup kembali bibirmu lebih bersemangat karena kamu membalasnya.. lebih dekat dan lebih panas.. tak peduli wajah kita berlumuran darah..

“sayang..” ucapmu tiba-tiba

“ya..” jawabku

“aku mau merawatmu dulu.. kumohon ijinkan aku membantumu..” pintamu

“aku malas.. aku tidak perlu di tolong” sergahku dengan lembut

“kamu terluka sayang.. kamu sakit.. aku sakit melihatmu” lanjutmu

Aku menyeringai dan mengambil pisau itu lagi..

“Tidak.. jangan.. kumohon jangan lakukan lagi.. jangan lukai dirimu lagi kumohon” pintamu sangat dalam

“aku justru mau melukaimu..” sahutku tersenyum polos

Kulihat ekspresi kagetmu

“Erica.. untuk apa?” tanyamu kemudian.. matamu menandakan kepanikan sekaligus kepasrahan

Mungkin kau berfikir sudah pasrah menggantungkan nasib ditanganku

Kogoreskan pisau itu ke dadamu.. kamu meringis kesakitan teramat sangat..

Kugoreskan sekali lagi menyilang di dadamu.. eranganmu semakin keras.. akutersenyum awalnya.. tapi kemudian panic..

“ma.. maafkan aku sayang.. aku bodoh.. aku jahat.. maafkan aku” tangisku ketika melihatmu kesakitan.. kupeluk tubuhmu sekali lagi.. kuciumi seluruh wajahmu sambil menangis..

“maafkan aku membuatmu terluka..” tangisku.. kudengar kamu masih meringis kesakitan dengan nafas tersenggal-senggal berat

“aku akan membayarnya..” ucapku sejurus kemudian.. kugoreskan pisau itu kedadaku bekali-kali

“sudah.. HENTIKAN!” bentakmu..

“tidak..” ucapku kemudian

“aku tidak termaafkan.. aku tidak pantas berada di dekatmu.. aku pantas ditinggalkan.. maafkan aku.. Moses..” lanjutku dengan lirih

Ku kecup lagi bibirmu dengan pelan dan lama

Kemudian aku naik ke atas bangku dan melilitkan tali yang sudah kusiapkan itu ke leherku.. “sayang mau apa kamu!! Tolong jangan lakukan itu, kumohon.. aku sayang kamu” kali ini kulihat kepanikanmu yang sangat besar dan semakin menjadi

“terimakasih sudah sayang padaku.. aku percaya.. tapi aku sudah memutuskan mencintaimu dengan cara seperti ini, ini adalah bukti cintaku padamu..” aku tersenyum sesaat sebelum menendang bangku yang kupijak sehingga badanku tergantung.. sesaat kulihat kamu berteriak dan memborontak ingin melepaskan diri dari jeratan ikatan namun jeratan kubuat terlalu kuat sehingga kamupun tak berdaya…

Kau hanya menangis melihatku mati perlahan menggantung meneteskan banyak darah tepat dihadapanmu…

Mudah-mudahan kamu tidak akan pernah lupa padaku seumur hidupmu…

Polisi sudah kupanggil sebelumnya.. akhirnya mereka datang menolongmu

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

THE END~

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sekian fic geje ini ^^

Mudah-mudahan ga membingungkan..

Ditunggu kritik atau pendapatnya ya ^^

Uiya.. satu lagi.. thanks buat seseorang (mantan sayah) yang menginspirasi saya menulis fic ini.. hehe

Silakan di komen dunk >,<